Kamis, 27 Desember 2007

Benazir Tewas Tertembak


Kabar yang sangat mengejutkan, sekaligus memprihatinkan, menyeruak tadi malam. Mantan PM Pakistan yang juga tokoh opisisi, Benazir Bhutto tewas tertembak oleh orang yang kemudian meledakkan dirinya. Sontak Pakistan pun rusuh, karena Benazir adalah calon terkuat untuk kembali memimpin Pakistan.
Benazir adalah putri sulung mendiang PM Zulfikar Ali Bhutto, pemimpin Pakistan karismatik yang tewas ditiang gantungan setelah dikudeta oleh Jenderal Zia Ul Haq.

Jauh-jauh hari almarhumah Benazir Bhutto sudah khawatir terhadap keselamatannya sendiri, karena pengamanan yang disediakan Presiden Pervez Musharraf dinilainya tidak layak dan akhirnya berujung pada serangan mematikan itu.
Pernyataan Bhutto ini diungkapkan dalam sebuah surat elektronik yang dibeberkan wartawan CNN, Wolf Blitzer. Blitzer sendiri menerima terusan email itu dari teman Bhutto yang juga juru bicara pemerintah AS, Mark Siegel, Kamis (27/12).
"Saya akan menyuruh Musharraf bertanggung jawab. Saya telah dibuat merasa tidak aman dengan kaki tangannya," tulis Bhutto. Ia merinci langkah-langkah Musharraf yang disebutnya sama sekali tidak memberikan jaminan keamanan begitu ia pulang dari pengasingan.
"Tidak ada satupun usaha untuk melarang saya naik mobil pribadi atau menggunakan kaca gelap atau memberikan jammer atau menyediakan pengawalan mobil polisi di kiri kanan muka belakang saya," tulis Bhutto. Siegel mengatakan Bhutto sudah minta langkah-langkah pengamanan itu, namun sama sekali tidak digubris Musharra.
Bhutto mengirimkan email itu kepada Siegel 26 Oktober lalu, atau sepekan setelah ia lolos dari serangan bom beberapa saat setelah ia mendarat di Pakistan. Menurut Siegel, pemerintah Pakistan juga gagal mengungkap serangan itu. Bhutto minta email itu disebarkan ke media jika suatu saat ia terbunuh.
"Ketika kami mempersiapkan diri untuk kampanye, Bhutto sangat prihatin dengan tidak adanya pengamanan dari pemerintah yang telah dimintanya," kata Siegel yang bersama Bhutto menulis buku tentang Islam dan Barat. BATMAN/AFP/SAS/281207

Tidak ada komentar: